Translate by Google

Terpaku Tetapi Tidak Dipaku


“Ren, kok lo ngeliat gue begitu?” tanya Siska, mengaburkan lamunan gue. Entah kenapa gue terpaku melihat wajahnya dia. Wajah dia yang lagi sibuk baca buku hitam yang tebal. Buku yang gue sendiri pengin jadiin bungkus gorengan karena banyaknya lembar halamannya.
Setelah itu gue kembali menatap layar laptop gue. Ketika itu gue emang lagi men-copy DVD Thailand gue ke laptop gue. Itu di-copy karena dvd-rom di laptop Siska ternyata gak bisa memutarnya dengan baik. Semua DVD Thailand yang gue beli itu udah dari gue SMA. Karena gue emang suka.
Semua film yang di-copy dari laptop gue, di-paste-kan pada folder Film dari Rendy pada laptopnya. Sengaja gue kasih nama yang gampang diingat untuk folder itu. Salah satu fakta yang gue tau dari Siska: pelupa.
Isi dari laptopnya berantakan. File ini ada di sana, file itu ada di sini, di sana ada file itu, di sini ada file itu juga, file itu juga ada di sini, di sana, di mana-mana, di mana-mana ada file ini itu. Pokoknya berantakan banget deh.

“Udah bongkar aja file-file gue, Ren,” kata dia dengan masih membaca buku hitam yang tebalnya sampai pengin gue jadiin bungkus gorengan, “Gue sendiri aja lupa ada file apa aja yang ada di laptop itu.”
“Coba DVD yang ini masukin ke laptop lo,” kata gue sambil memberikan salah satu DVD Thailand gue. Dia memasukan DVD tersebut dengan tidak hati-hati dan terlihat ribet sendiri. Gue yang ngeliatnya juga geregetan. Masukin DVD doang bisa sampai seribet itu kalo udah di tangan Siska. 

Lalu gue bilang, “Itu masukin DVD-nya pelan-pelan,” gue jadi geregetan banget, “Nih, kayak gini aja.” Dan DVD pun masuk dengan lancar, sempurna, dan gak seribet Siska masukin DVD tadi.
“Lo orangnya teliti ya,” kata Siska, yang kelihatannya heran ngeliat gue. Ini pertama kalinya gue dapat penilaian dari Siska. Dan gue hanya terdiam mendengarnya. Bagi gue itu adalah sebuah pujian. Gue senang mendengarnya.

Gue kembali terpaku, ketika dia lagi kepo dengan buku catatan kuliah gue. Gue terpaku melihat rambutnya yang dikuncir dan sedikit terlihat dari belakang, “Itu rambutnya keliatan,” sambil mengoyang-goyangkan rambut panjangnya dengan tangan gue. Rambutnya lembut. Pengin rasanya megang rambutnya terus, karena lembut banget. Pake shampo apa ya? Leh ugha. 

"Iya, gue tadi buru-buru. Jadi lupa pake daleman kerudung, " kata dia sambil tersenyum, sambil perlahan tertawa kecil. Lucu kalo ngeliatnya secara langsung. Tertawa yang sedikit disembunyikan. Mungkin takut mata sipitnya terlihat. Karena dia kalo ketawa, matanya gak keliatan.

"Tapi itu rambutnya dimasukin aja ke dalem baju aja, jadinya kan gak keliatan," kata gue, untuk pertama kalinya secara tidak sengaja seperti memberikan suatu nasihat. Kemudian dia pun memasukan rambutnya ke dalam seperti apa yang gue katakan.

Di setiap langkahnya, setiap perkataanya, setiap tingkah lakunya selalu gue perhatikan. Seperti terpaku tetapi tidak di paku. Membatu tetapi tidak menjadi batu. Seperti itu lah ketika setiap kali gue harus bertemu dengan dia. Bisa sampai lupa juga gue harus ngapain.

"Anak TI kok catetannya gak ada gambarnya sih?" komen dia terhadap buku catetan gue, kemudian melanjutkan, "Untung aja gue gak masuk TI." Gue cuma tersenyum sambil menahan tawa gue. Bukan karena komennya dia. Tapi ekspresi wajahnya ketika mengkomentari buku catatan gue. Pengin nyubit pipi dia rasanya, ketika itu.

Ketika pulang setelah meminta film-film Thailand dari gue, Siska sempat mengucapkan,"Makasih ketua JZ..." Gue pun tersenyum bahagia.




Entah  dia membaca tulisan gue ini atau enggak. Tapi kalo membaca tulisan gue ini, tolong segera beritahu gue. Karena gue gak tau, Siska akan senang atau marah jika dituliskan tentangnya di sini. Kalo marah, nanti segera gue apus tulisan-tulisan gue tentang Siska.

Oh ya, Siska baru aja kemarin diperiksa ke dokter. Katanya dia kena gejala tipes. Sebuah penyakit yang sering gue alami semasa kecil dulu. Bahkan sampai dua kali masuk rumah sakit karena itu. Dan gue bersyukur sudah tidak mengalami itu kembali. Tapi sekarang, gue lagi sakit. Tadi sore abis berobat ke dokter dan katanya gue sakit radang tenggorokan.

Dan tinggal satu hari lagi, Siska akan berulang tahun. Pengin banget pergi ke planetarium pas di hari ulang tahunnya, tapi ternyata minggu ini harus masuk kuliah. Pergi ke sana adalah ajakkan dari gue, karena dia katanya belum pernah ke sana. Gue janjinya abis UTS berangkat ke sana. Tapi kan dia sekarang juga lagi sakit.

Semoga dia cepat sehat dan kembali beraktivitas normal dengan semangat-semangatnya yang sering kali gue liat. Dan semoga cepat sehat juga untuk diri gue sendiri. Amin.



Gue juga kembali membuat lagu. Niatnya itu jadi kado ulang tahunnya dia. Tapi gue ragu untuk memberikannya. Karena gue takut dia menjauh, begitu tau kalo gue suka sama dia.

Oke. udahan dulu ya, udah jam 12.05 dini hari nih. Padahal tadi kata dokter gue harus banyakin istirahat. Tapi karena ada perasaan gelisah, gue jadinya ngeblog deh.

Jya, oyasumi. Bye.



Diberdayakan oleh Blogger.