Translate by Google

Perjalanan ke Tambun, eh, Gak Jadi. Cukup ke Summarecon Aja.

Hari Sabtu, tepat setelah libur Imlek, kami berempat -- Gue, Baskoro, Opek, dan Dwiprass -- merencanakan sesuatu yang dadakan sebenarnya. Awalnya dari Dwiprass ngajak kumpul di rumah gue, namun, situasi menjadi berubah ketika ada sebuah chat masuk dan melontarkan satu buah lokasi yang cukup melelahkan sebenarnya: Tambun, Bekasi.

Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata 'Tambun' atau pun 'Bekasi'? Bergidik? Hahaha Bercanda yaa...

Baskoro mengantarkan sesuatu dulu,
sebelum bertemu dengan kami (gue dan Dwiprass)
Kemudian, berangkatlah kami. Itu juga gue harus disamper (baca: dijemput) biar ikut. 

Baskoro berangkat duluan dari rumahnya di Citayam, Bogor. Sementara gue sendiri, masih ngeraba-raba kasur sambil berbicara dalam hati,"Dimana hape gue.. Dimana hape gue.."

Sementara Dwiprass dan Opek, gue gak tau. Mungkin juga masih tiduran di kasur. Misalkan itu memang benar, ya, berarti memang Baskoro yang terlalu rajin. Atau mungkin kami yang berusaha untuk malas.

Kalo ada kompetisi siapa paling berusaha untuk malas. Kami adalah kandidat terkuat. Untuk tingkat RT, lebih tepatnya. Tapi kami tidak sombong atas prestasi yang dapat kami raih itu. 

Akhirnya pun, gue bertiga -- Gue, Dwiprass, dan Baskoro -- janjian bertemu di Stasiun Tanjung Barat. Sebelum bertemu, kita beli tiket dulu seharga Rp 15.000,- untuk pergi ke Tambun. Dwiprass merogoh kocek. Gue juga merogoh kocek, dan begitu gue liat, Dwiprass udah duluan di loket sambil berkata,"Tiket ke Tambunnya dua mbak." Gue senang.

Kami sempat kesulitan mencari Baskoro diantara peron-peron. Gue liatin satu per satu orang, gak ada yang tampang Baskoro. Kita heran, bahkan menyangka kalo kita sedang dikibulin. Karena bisa saja ternyata Baskoro belum sampai di Stasiun Tanjung Barat. Kami pikir begitu. Hingga ada satu notifikasi WhatsApp masuk,"Parah banget, eug dilewatin." Dan sebuah foto dikirim.

Tebak gue yang mana?

Foto di atas adalah foto yang dikirim oleh Baskoro, ketika gue gak sengaja melewati Baskoro. Gue sama Dwiprass heran. Kami merasa tadi benar-benar tidak ada Baskoro.

"Tadi gue lihat di sini gak ada orang, dan ada space kosong di sini," gue mengatakan dengan kesungguhan hati polos gue yang seringkali tersayat oleh pahitnya hidup yang fana ini.

"Iya, tadi gue juga gak liat ada lo, Bas," Dwiprass ikut membenarkan kejadian.

Namun yang namanya Baskoro emang kadang suka bercanda berlebihan. Mungkin sedang mempraktekkan trik sulap pikir gue.


Kami dua kali transit untuk sampai di Tambun. Transit di Stasiun Manggarai dan Stasiun Bekasi. Sebenarnya tanpa bantuan dari peta rute, gue sudah merasa lega. Dan semua itu berkat adanya Bakoro. Ya, dia bisa dibilang anak kereta. Bukan hasil perkawinan silang antara manusia dan kereta maksudnya. Jadi dia pecinta kereta, dan juga sering bikin konten tentang kereta di kanal YouTube-nya BWW TV.

Udah lama gue gak naik Commuter Line atau (biar gampang disebut) kereta ini. Ada banyak perubahan yang terjadi. Gue sendiri lebih suka naik bus Transjakarta. Lebih nyaman aja gitu. Ya, gak beda jauh sih sama Commuter Line. Paling beda kecepatannya aja.




"TEDEG-TEDEG-TEDEG-JEDUG!" bunyi kereta plus ada orang yang ketiduran terus kepalanya kejedot jendela. Hari berganti hari, siang berganti malam, emak-emak jago naik motor, eh, enggak deng. Kami tiba di Bekasi sekitar pukul 10.30, itu seingat gue, tapi kalo perasaan gue sih jam 11 siang. Pokoknya lumayan menghabiskan waktu deh. Tips buat semua yang mau ke Bekasi, charge hape kamu full, biar gak bete di perjalanan.


Sampai di Stasiun Bekasi, Baskoro berkabar ke Opek. Dan Opek bilang dia juga lagi ada di depan stasiun sambil cetak poster pesanan. Opek ternyata gak lagi di rumahnya (baca: Tambun). Terus juga untuk nunggu kereta ke Tambun butuh waktu 1 jam. Itu juga kalo tepat waktu. Alhasil, kami keluar dari Stasiun Bekasi, kemudian menemui Opek yang ternyata menyambut kami hanya dengan sebuah motor. Hahahaha.. Kirain kan dia bawa mobilnya.

"Yaudah nih di Bekasi ada 3 pilihan. Pertama, Alun-alun Bekasi. Kedua, Summarecon. Ketiga, Corner," Opek memberikan tiga pilihan ke kita. Semuanya juga bingung. Tujuan awal kita ke Tambun. Tapi untuk ke Tambun harus nunggu kereta ke Cikarang selama 1 jam, itu juga kalo gak ngaret. Ke alun-alun oke, tapi apa yang mau dilihat lagi. Ke Summarecon, misalkan ke sana, berarti ini pertama kalinya buat gue. Kalo ke Corner, gue mikir, ngapain jauh-jauh ke sini cuma buat ke WiFi Corner. Semuanya bingung. Opek nyaranin naik mobil atau gak Grab Car buat ke Tambun. Kira-kira 30 ribuan ongkosnya. Dwiprass memilih gue untuk mengambil keputusan. Baskoro dan Opek terserah. Meski pun gue rasa Opek maunya ke Tambun, sekalian pulang. Dan ya, gue pilih ke Summarecon.

Berikut rangkuman perjalanan 4 orang kaum dhuafa di Summarecon Mall Bekasi:










Gimana? Keliatan seru kan? Hahaha.. Dan fakta sebenarnya adalah:

Sebelum masuk ke Summarecon kita ke warteg dulu, bungkus makanan. Kita makan di foodcourt. Sempat was-was karena takut diusir. Terus ke bioskop, cuma numpang istirahat. Kemudian kami memasuki Ace Hardware dan cuma liat-liat barang di sana dan berlagak punya banyak uang. Dan ke Time Zone, ngeliatin para anak kecil bermain sambil berharap kalo itu kita yang mainin. Setelah itu liat pertunjukkan Doraemon, yang sebenarnya cuma orang pake kostum terus di-dubbing. Memang terlihat membosankan dan miris sebenarnya, tapi begini aja udah bikin capek. Ya, itung-itung ini latihan sebelum mencoba ke klub malam. Itu juga paling beli air mineral doang. Hahaha..

Udah segitu aja ya, see you on my next post! ;)
Diberdayakan oleh Blogger.