Translate by Google

Tips Menulis

Menulis. Menulis itu seperti hidup dalam tulisan. Hanya di dalam tulisan, kita bisa seenaknya mengubah-ubah kata-kata menjadi seperti sebuah kumpulan paragraf. Jika kita ingin membuat sebuah karya tulis, anggaplah diri kita sebagai Tuhan dari tulisan tersebut. Dan tulisan tersebut adalah ciptaan kita.

            Menulis itu juga sama seperti aliran sungai. Mengalir. Benda-benda yang ada di sungai, juga pasti terbawa arus. Apa yang lo rasakan ketika mendengar suara atau bahkan melihat  air yang mengalir di sungai yang ada di pedesaan? (Maaf, bukan yang di Jakarta. Kalo sungai yang di Jakarta, pasti kita lebih memilih tutup hidung daripada melihatnya).



            Well, gak usah banyak cingcong, atau ba-bi-bu, bahkan bacot, lagi. Gue ada tips-tips tentang menulis. Here we goes...


1. Tentukan Tema

            Yap, tanpa tema kita takkan bisa menulis. Menulis tanpa tema itu sama seperti orang tanpa baju. Gak jelas. Bahkan di teriakin, "woy, orang gila!!". Kalo bingung nentuin tema, mendingan refreshing dulu, bisa dengan walking-walking, watching-watching, dan talking-talking sama pacal atau best friends lo. Huehehehe.


2. Mulai Nulis

            Iya, mulai nulis. Judul? Judul mah belakangan, woles aja. Dan lo gak perlu buat kerangka dulu, karena mungkin agak ribet. Tapi kalo lo mau buat kerangkanya dulu, it's okay. Kalo gue sih, gak pake kerangka, yang penting alurnya oke dan logis. Lo bisa nulis dimana aja. Bisa di rumah, kamar, salon, genteng, tengah lapangan bola, rel kereta api, atau pas lo lagi nongkrong di WC. Dimana pun bisa. Tanpa kertas dan pensil/spidol/pulpen juga bisa. Lo bisa pake notes yang ada di Handphone lo, bisa lewat New Message lalu simpen di draft SMS lo.

            Apapun yang ada di otak lo, tulis aja. Walaupun cuman 1 kalimat. Kan nanti bisa di perluas lagi atau di kembangin lagi. Selesai deh. Udah selesai? Edit lagi! Inget, writing is re-writing. Kalo udah di tulis, edit lagi, edit lagi. Sampe sempurna.

*nyetel lagu Sempurna-nya Andra dan Tulang Belakang*


3. Pembaca

            Kurang lengkap kalo kita buat karya tulis/cerpen tanpa ada yang baca. Jadi, yang lo harus lakukan: suruh baca orang-orang yang di sekitar lo, lalu suruh mereka kasih saran. Apa?! Masih malu di baca orang?! Oke, jangan panik. It's simple. Lo hanya perlu berpikir menjadi orang kedua. Ngerti gak? Jadi, pemikiran lo harus di ubah. Yang tadinya penulis, sekarang jadi pembaca. Jadi anggep apa yang lo tulis itu, bukan tulisan lo, anggep diri lo itu sebagai pembaca. Dengan mudah lo bisa menilai karya tulis/cerpen lo sendiri.


4. Kurangi Kalimat Pasif

            Sebisa mungkin, gue pasti menggunakan kalimat aktif dibandingkan pasif. Setiap kali gue nemu kalimat pasif, pasti gue ubah menjadi aktif. Seperti misalnya: “Boneka itu diambil anak kecil itu” akan gue ganti menjadi “Anak kecil itu mengambil boneka”. Penulisan kalimat dalam bentuk aktif akan membuat pembaca bisa membayangkan kalimat tersebut dengan lebih visual. Kalimat aktif juga bisa membuat tulisan menjadi seperti bergerak maju.


5. Speaker Attribution

            Speakter attribution berarti frase yang menandakan siapa yang berbicara dalam kalimat langsung. Misalnya “kata Hasby”, atau “kata gue”, atau “kata Nyokap”, atau “kata Bokap”. Biasanya dalam mengedit gue akan membuat dialog menjadi lebih enak divisualkan dengan mengganti/mencampurkan speaker attribution dengan sebuah kegiatan.

Misalnya:

“Dek, nanti bilang sama Mama, kalo Abang pergi ke rumah temen mau belajar kelompok. Jangan bilang, kalo Abang pergi ke Mall!” kata gue.
“Sudah cukup, Bang! Adek udah gak mau bohong lagi!” kata Hasby.
“Abang kasih lima ribu perak, mau?” kata gue.
“Mau, Bang! Mau!” kata Hasby.

Lalu gue edit jadi lebih visual agar lebih hidup dan tidak membosankan menjadi:

“Dek, nanti bilang sama Mama, kalo Abang pergi ke rumah temen mau belajar kelompok.” lalu melanjutkan, “Jangan bilang , kalo Abang pergi ke Mall!”
“Suda cukup, Bang!” Hasby menggelengkan kepalanya. “Adek udah gak mau bohong lagi!”
Gue mengeluarkan dompet, “Abang kasih lima ribu perak, mau?”
“MAU BANG! MAU!”
Uang yang tadi di tangan gue, lenyap. Di bawa kabur.

6. Writer’s Block

            Writers block adalah saat penulis gak tau mau menulis apa. They are stuck. Mandeg. Mentok. Limit ide. Ini sering terjadi pada setiap penulis.
            Menulis kan masalah disiplin. Sebenernya gue  juga susah disempilin disiplin. Yang lo harus lakukan: banyak bermain. Lakukan aktivitas di luar menulis itu sendiri. Seperti nonton film, baca buku, jalan-jalan, atau apapun yang menghibur lo. Melakukan aktivitas di luar menulis akan memberikan ide baru lebih banyak untuk tulisan kita. Tapi kendalikan juga diri kita setelah bermain, selalu ada saatnya untuk ‘berhenti’ lalu kembali ‘menulis’. Hampr mirip sama slogan majalah Bobo, ‘Bermain sambil menulis’.

Oke, cukup sampai di sini tips-tipsnya. Sebagian, juga belajar dari http://www.radityadika.com/ Kalo ada yang gak di mengerti, bisa tanya ke gue dengan menton ke @rendayyy. Well, hope that’s help!
Diberdayakan oleh Blogger.