Translate by Google

Cewek Kaku

Kalo gak langsung ditulis, rasanya jadi beban. Sekarang, gue mau cerita tentang seseorang. Orang itu teman kerja gue. Tapi gue bakal ganti namanya ditulisan gue ini. Silakan yang mau tebak.



Mari kita sebut dia, Elin. Elin ini punya ciri-ciri lebih tinggi dari gue. Rambut dia pendek. Berkacamata tebal. Putih banget. Kelihatan tomboy. Yang tau siapa dia, tolong diam-diam aja ya. Kalo mau nanya, langsung aja hubungin gue.

Elin ini kalo ketemu gue, atau ada gue di dekat dirinya, langsung ekspresinya berubah. Kaku gitu. Kalo sama teman-teman yang lain, itu bisa sampai ketawa-ketiwi. Dan gue merasa aneh. Apa ada yang salah dari diri gue?

Elin ini sebenarnya lagi gue taksir. Udah lama banget. Dari bulan Mei, pas lagi buka puasa bersama satu perusahaan.

Waktu itu gue ngerasa ada yang berbeda dari dirinya. Gue merasa dia itu punya prinsip yang keras. Entah ini benar atau nggak. Tapi gue merasa seperti itu.

Waktu itu juga, hubungan antara gue dengan Lia udah diujung tanduk. Dan waktu itu juga gue sangat depresi. Gue merasa gue udah gagal dalam membangun sebuah hubungan. Ya, aneh ya, masa gue doang yang berusaha membangun hubungan. Beberapa hari setelah hari itu, gue akhirnya benar-benar putus dengan Lia. Setelah gue telusuri, Lia memang balikan dengan mantannya diam-diam disaat gue masih bersama Lia.

Kita lompat cerita ya. Gue gak mau flashback lagi hubungan gue dengan Lia.

"Pak Mun, Rendy udah putus."
"Lho kok bisa, Ren?"
"Iya, Pak, dianya selingkuh."
"Kalo sama Elin gimana, Ren?"
"Elin?"
"Udah kamu sama Elin aja. Kayaknya kalian cocok."
"Hmm.. Ngobrol sama dia seru, sih."
"Mau Pak Mun salamin gak?"
"MAU PAK MUN! MAU!"

Pak Mun ini supir kantor. Jadi dia bisa fleksibel. Termasuk ke tempatnya Elin. Ngirim salam pun gampang. Tapi sayangnya, gue ngirim salam berlebihan. Hampir setiap saat. Kelihatan sekali gue yang ngebet.

Karena kirim salam yang hampir setiap hari, gue kepoin akun medsosnya dia. Ada satu dan beberapa twit yang intinya, "Ini kok orang lama-lama sksd gitu ya." Gue kan orangnya kadang suka sensitif, ya. Gue langsung ngerasa itu buat gue. Padahal mah itu bisa aja bukan buat gue.

"Pak Mun, udahan deh, gak usah salam-salamin ke dia lagi. Kayaknya dia lama-lama risih."
"Oh yaudah kalo gitu, Ren."

Agustus kemarin dia ulang tahun. Gue coba ucapin kan. Biar gak kaku banget. Gue kirim chat dalam Bahasa Inggris yang intinya gue minta maaf bila yang gue chat ini sangat mengganggu dan selamat ulang tahun bersama dengan foto gambar yang memuat joke. Lo tau apa yang terjadi? Gue diblokir. Gila gak tuh. Gue langsung blokir balik. Dan belum lama ini dia nanya ke gue, kenapa waktu itu dia chat gue cuma ceklis satu, sedangkan chat dia ke gue sekarang itu bisa ceklis dua biru. Gue cuma bilang,"Wah, gak tau deh." Dia juga kasih tau ke gue kalo waktu itu WA dia error. Padahal mah..

Gimana gue bisa tau diblokir? Karena gue liat lewat nomor kedua gue, display picture dia masih ada. Sedangkan di nomor utama, display picture-nya ilang. Ketauan gue diblokir kan?

Pengin sekali gue bilang,"Kok sikap lu ke gue beda banget sama ke yang lain? Ada yang salah sama gue?" Tapi gue takut. Tadi sih, Dwi menyarankan gue buat menggunakan orang ketiga hanya untuk nanya pertanyaan itu. Setelah gue pikir-pikir, jangan deh, mendingan gue yang langsung nanya. Dan Dwi pun menyarankan ke gue untuk menambahkan candaan di dalam pertanyaan gue, "Lin, kok lu sama gue kaku banget kayak sikat WC?"

Kira-kira gue bisa gak ya? Besok Senin bakal gue coba. Wish me luck. Daripada selalu kepikiran.

Diberdayakan oleh Blogger.